Senin, 20 Jan 2025

Menelusuri Jejak Sejarah Damaskus, Kota Tertua yang Selalu Hidup

Hadi Jakariya
3 Okt 2024 16:34
News 0
6 menit membaca

Pernah membayangkan sebuah kota yang sudah ada selama lebih dari 10.000 tahun? Yap, itulah Damaskus, ibu kota Suriah, yang punya sejarah panjang dan masih tetap dihuni sampai sekarang. Kota ini bagaikan halaman buku sejarah hidup, dengan segala kisah yang terekam dari peradaban manusia hingga masa kini.

Damaskus, sebuah kota tua yang penuh misteri, bukan cuma saksi bisu dari berbagai peradaban, tetapi juga pernah jadi pusat perdagangan, politik, dan budaya penting di Timur Tengah.

Seolah menjadi simpul di antara benang-benang sejarah, Damaskus terus memancarkan pesonanya, dan bagi banyak orang, kota ini lebih dari sekedar tempat tinggal.

Dikutip dari unggahan video kanal YouTube INVOICE INDONESIA, berikut simak penjelasan sejarah tentang Kota Damaskus, yang menarik untuk diketahui.

Lokasi Strategis dan Kejayaannya

Damaskus terletak di sudut barat daya Suriah, hanya sekitar 80 kilometer dari Laut Mediterania. Kota ini berdiri di atas dataran tinggi, sekitar 680 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh pegunungan yang seolah-olah jadi perisai alami.

Di tengah daerah yang cenderung kering, oasis subur di sekitar Damaskus telah menjadi nadi kehidupan bagi penduduknya selama ribuan tahun.

Yang bikin Damaskus makin istimewa adalah letak geografisnya yang strategis, berada di persimpangan jalur perdagangan kuno. Kota ini menghubungkan Mesopotamia dengan Laut Mediterania, serta menjadi jembatan antara Mesir, Anatolia, hingga ke Timur Jauh.

Jalur perdagangan ini membawa banyak barang berharga seperti sutra, rempah-rempah, dan hasil bumi ke Damaskus, menjadikannya sebagai pusat perdagangan yang gemilang sejak zaman dahulu.

Al-Sham, Nama Lain yang Sarat Makna

Buat orang Suriah, Damaskus sering disebut sebagai Al-Sham, sebuah istilah yang mengacu pada wilayah Levant. Pada masa kekhalifahan Umayyah, Damaskus bahkan jadi ibu kota dari wilayah Syam. Julukan ini bukan sekadar nama, tapi mewakili posisi penting Damaskus sebagai pusat kebudayaan, perdagangan, dan agama di kawasan tersebut.

Sejak ribuan tahun yang lalu, kota ini telah menjadi tempat bertemunya budaya Timur dan Barat. Tak heran kalau Damaskus dijuluki sebagai “Mutiara Timur”, sebuah penghargaan untuk kemakmuran, kekayaan, dan kekuatan intelektual yang dimilikinya.

Jejak Sejarah yang Panjang

Jejak sejarah Damaskus begitu panjang dan penuh liku. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa wilayah ini telah dihuni sejak milenium ketiga sebelum masehi. Seiring berjalannya waktu, Damaskus tumbuh menjadi pusat penting di antara peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir, dan Romawi. Namun, puncak kejayaan kota ini terjadi pada abad ke-7 masehi, ketika Damaskus menjadi ibu kota kekhalifahan Umayyah.

Ketika itu, Damaskus tidak hanya menjadi pusat politik, tetapi juga kebudayaan dan intelektual. Dari sinilah, kebudayaan Islam berkembang pesat dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kota ini seperti sebuah buku terbuka, di mana setiap babnya adalah era baru dalam sejarah peradaban manusia.

Masa Klasik Hingga Penaklukan Muslim

Pada zaman prasejarah, Damaskus mungkin hanyalah sebuah pemukiman kecil. Tapi, ketika bangsa Aram datang pada abad ke-15 sebelum masehi, kota ini mulai berkembang pesat. Dalam catatan kuno Mesir, Damaskus disebut sebagai “Dimasqu”, sebuah nama yang akan terus hidup dalam sejarah.

Damaskus menjadi rebutan banyak kekuatan besar di dunia kuno. Pada abad ke-11 sebelum masehi, kota ini menjadi pusat kerajaan kecil yang dikenal sebagai Aram-Damaskus.

Dalam catatan sejarah Alkitab, kerajaan ini sering kali berkonflik dengan Israel. Abad ke-8 sebelum masehi menjadi masa kelam ketika kekaisaran Asyur berhasil menaklukkan Damaskus. Meski begitu, kota ini tetap berfungsi sebagai pusat perdagangan penting.

Setelah jatuh ke tangan kekaisaran Babilonia pada abad ke-7 sebelum masehi, Damaskus mengalami periode penaklukan demi penaklukan. Kekaisaran Persia menguasainya pada abad ke-6 sebelum masehi, dan kemudian Alexander Agung pada abad ke-4 sebelum masehi.

Namun, setelah kematian Alexander, Damaskus menjadi bagian dari dinasti Seleukia dan mengalami pengaruh budaya Yunani yang kuat.

Tahun 64 sebelum masehi, Damaskus dianeksasi oleh kekaisaran Romawi. Di bawah Romawi, kota ini berkembang pesat, menjadi bagian dari provinsi Syria. Tak hanya itu, Damaskus juga memainkan peran penting dalam perkembangan agama Kristen, menjadi tempat di mana banyak komunitas Kristen awal hidup dan berkembang.

Damaskus di Bawah Kekhalifahan Islam

Peristiwa besar dalam sejarah Damaskus terjadi pada tahun 634 masehi, ketika pasukan Muslim di bawah pimpinan Khalid bin Walid berhasil menaklukkan kota ini dari kekaisaran Bizantium. Tujuh tahun kemudian, Damaskus diangkat sebagai ibu kota kekhalifahan Umayyah, yang menjadikannya pusat politik dunia Islam.

Di bawah pemerintahan Umayyah, Damaskus mengalami masa keemasan. Kota ini berubah menjadi pusat intelektual dan kebudayaan.

Banyak ilmuwan, filsuf, dan cendekiawan datang ke Damaskus untuk belajar dan berbagi pengetahuan. Di sinilah mereka menciptakan karya-karya besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat.

Masjid Agung Umayyah, yang dibangun di atas bekas gereja Bizantium, masih berdiri hingga kini sebagai salah satu contoh arsitektur Islam awal yang megah. Masjid ini menjadi pusat keagamaan penting, di mana hingga saat ini, umat Islam dari berbagai penjuru dunia datang untuk berziarah.

Periode Ottoman Hingga Era Modern

Ketika kekhalifahan Umayyah runtuh, ibu kota Islam berpindah ke Baghdad di bawah kekuasaan Abbasiyah. Meskipun demikian, Damaskus tetap menjadi pusat penting di Timur Tengah, terutama di bawah pemerintahan Mamluk pada abad ke-13. Pada masa ini, Damaskus menjadi pusat militer dan perdagangan yang menghubungkan Mesir dengan Asia kecil dan Timur Jauh.

Tahun 1516 menandai awal kekuasaan Ottoman atas Damaskus. Meskipun kekuatan politiknya berkurang, Damaskus tetap menjadi titik keberangkatan utama bagi para peziarah yang hendak ke Mekah. Di bawah pemerintahan Ottoman, pasar-pasar Damaskus seperti Souk Al-Hamidiyah tetap berkembang pesat, menjadi pusat perdagangan barang-barang dari seluruh dunia, termasuk rempah-rempah, tekstil, dan logam mulia.

Namun, setelah Perang Dunia I, kekuasaan Ottoman di Timur Tengah runtuh. Damaskus menjadi bagian dari wilayah mandat Prancis hingga tahun 1946, ketika Suriah meraih kemerdekaan penuh. Sejak saat itu, Damaskus diangkat menjadi ibu kota negara baru Suriah dan berperan penting sebagai pusat politik dan kebudayaan.

Fakta Menarik Damaskus

  1. Jalur Sutra yang Melegenda: Damaskus adalah titik persimpangan penting dalam Jalur Sutra, rute perdagangan yang menghubungkan Timur jauh dengan Eropa. Kota ini menjadi pusat perdagangan sutra, rempah-rempah, dan barang-barang mewah lainnya.
  2. Kota Tertua yang Terus Dihuni: Meskipun beberapa kota lain juga mengklaim sebagai kota tertua, Damaskus tetap dihuni terus menerus selama lebih dari 4.000 tahun.
  3. Kota Taman: Terletak di daerah yang kering, Damaskus terkenal dengan taman-taman dan air mancurnya. Sungai Barada, yang mengalir melalui kota, memberikan kehidupan bagi banyak taman, menjadikan Damaskus sebagai “kota taman” di mata para pengelana kuno.
  4. Pusat Intelektual: Di bawah pemerintahan Umayyah, Damaskus menjadi pusat pengetahuan, tempat di mana ilmuwan, filsuf, dan cendekiawan berkumpul untuk berbagi ilmu.
  5. Pedang Damaskus: Damaskus terkenal dengan pedang berkualitas tinggi yang terbuat dari baja Damaskus. Pedang ini terkenal akan kekuatannya dan pola unik yang terbentuk di permukaannya.

Damaskus adalah kota yang telah melewati berbagai era dan peradaban, namun tetap mempertahankan pesonanya sebagai pusat kebudayaan dan sejarah di Timur Tengah.

Seiring waktu berlalu, Damaskus akan terus memancarkan cahaya, mengajak kita untuk menjelajahi sejarah panjang yang penuh warna.***

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    x
    x