Saat keringat menetes deras dan kipas angin setia di ruang tengah telah berputar sejak pukul 10 pagi tanpa henti, saya menyadari bahwa sudah saatnya menyelamatkan diri dari kegerahan tak terhingga ini.
Ilham andreas
Dengan berbaring bertelanjang dada dan merasakan angin panas, saya pun menghubungi sahabatku, Rudi, untuk mengajaknya nongkrong di tempat yang lebih adem.
Setelah bicara sebentar melalui panggilan WhatsApp dengan Rudi, saya segera melompat dari sofa dan bergegas keluar rumah untuk menemuinya.
Di tengah perjalanan, saya tak bisa mengabaikan keramaian di sejumlah toko elektronik di Desa Sribhawono. Semua orang sepertinya memiliki satu tujuan, yaitu mencari kipas angin penyelamat.
Sampai akhirnya saya tiba di rumah Rudi yang hanya berjarak 4 kilometer dari rumah. “Assalamualaikum, Rud,” sapaku saat memanggil temanku.
Tidak ada komentar