Bukan Samsung, Inilah HP Android Pertama di Dunia

Freentalk
  • JAKARTA

Jauh sebelum nama Samsung mendominasi industri smartphone Android, ada satu nama yang lebih dulu mencatat sejarah penting: HTC. Perusahaan asal Taiwan ini adalah pionir di balik peluncuran ponsel Android pertama di dunia, jauh sebelum Android dikenal luas seperti sekarang.

Melansir dari kanal YouTube Catatan Airlangga, HTC Dream menjadi ponsel Android pertama yang resmi dirilis ke pasar pada 2008. Saat itu, sistem operasi Android masih merupakan hal baru dan eksperimental. Namun HTC berani mengambil langkah awal dengan merilis HTC Dream yang menjalankan Android 1.0.

Lahirnya Android di Pasar Smartphone

HTC Dream (juga dikenal sebagai T-Mobile G1 di beberapa negara) hadir dengan keyboard fisik geser yang menjadi daya tarik utama pada zamannya. Tak hanya itu, ponsel ini sudah terintegrasi langsung dengan layanan Google seperti Gmail, Google Maps, dan Android Market, cikal bakal dari Google Play Store saat ini.

- Advertisement -

Fitur-fitur tersebut membuat HTC Dream menjadi produk yang cukup revolusioner di era awal smartphone. Pada masanya, HTC pun sempat menjadi produsen smartphone terbesar di Amerika Serikat, bahkan mengungguli Apple dalam hal volume pengiriman perangkat.

- Advertisement -

HTC, Raja Android yang Dilupakan

HTC tak hanya merilis ponsel Android pertama. Perusahaan ini juga berada di balik desain ponsel Nexus One, produk kolaborasi dengan Google yang dirilis pada 2010. HTC juga dikenal sebagai pencipta desain unibody metal yang kemudian diikuti oleh Apple dalam iPhone generasi berikutnya.

Pada tahun-tahun awal perkembangan Android, HTC dikenal sebagai perusahaan yang inovatif. Mereka menghadirkan antarmuka kustom bernama HTC Sense yang mampu menyempurnakan tampilan Android yang saat itu masih terlihat kasar.

Tak hanya dari sisi perangkat lunak, HTC juga menjadi pelopor penggunaan stereo speaker dan layar sentuh kapasitif pada perangkat Windows Mobile mereka, HTC HD2.

Bangkit Cepat, Jatuh Lebih Cepat

Namun, di balik kesuksesan tersebut, HTC mulai kehilangan arah. Sejumlah keputusan bisnis yang tidak tepat seperti mengakuisisi perusahaan-perusahaan di luar fokus industri smartphone, justru menjadi awal kemunduran mereka.

Pada 2011, HTC mengakuisisi Beats Electronics sebesar 300 juta dolar AS, namun menjual kembali sebagian besar sahamnya hanya dua tahun kemudian. Mereka juga gagal memanfaatkan potensi pertumbuhan layanan streaming dan grafis, meskipun sudah berinvestasi besar-besaran.

Sementara itu, Samsung perlahan tapi pasti menggeser posisi HTC lewat lini Galaxy S yang diluncurkan secara agresif. Dengan strategi pemasaran yang lebih kuat dan produk yang lebih konsisten, Samsung mulai menguasai pasar Android.

Kejatuhan Bertahap

Pangsa pasar HTC mulai menyusut sejak 2011. Dari 67 persen, angka itu jatuh menjadi 32 persen dalam waktu satu tahun. Sementara itu, Samsung naik dari hanya 4 persen menjadi 27 persen. Pada tahun berikutnya, pertumbuhan HTC hanya 17 persen, tertinggal jauh dari Apple (200 persen) dan Samsung (300 persen).

HTC juga dinilai gagal dalam membangun brand awareness. Slogan “Quietly Brilliant” tidak cukup untuk membuat nama mereka dikenal secara luas. Produk mereka unggul dalam kualitas, namun kalah dalam strategi promosi.

Penamaan produk yang membingungkan juga memperparah keadaan. Konsumen dibuat bingung dengan nama-nama seperti HTC Salsa, HTC ChaCha, dan HTC One yang berulang dari tahun ke tahun.

Bertahan di Jalur Berbeda

Setelah penurunan yang signifikan, HTC mulai mengalihkan fokus ke sektor lain, seperti virtual reality (VR). Pada 2016, mereka bekerja sama dengan Valve untuk meluncurkan headset VR HTC Vive dan sukses mengamankan sekitar 13 persen pangsa pasar global VR.

Pada 2017, Google membeli sebagian tim R&D HTC senilai 1,1 miliar dolar AS. Kemudian pada 2018, HTC memangkas 22 persen tenaga kerja secara global, sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan.

Kini, HTC lebih dikenal sebagai pemain di sektor teknologi masa depan, seperti blockchain, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning. Meski begitu, nama mereka tetap lekat sebagai pelopor dalam industri smartphone Android.

Ditulis oleh: Itaul Hasanah

Disunting oleh: Hadi Jakariya

Bagikan Artikel ini