FREENTALK – PT Sepatu Bata Tbk (BATA), sebuah pabrik sepatu di Purwakarta, Jawa Barat, menghentikan produksi karena permintaan sepatu menurun, menyebabkan kerugian selama empat tahun terakhir.
Melansir dari laman CNBC Indonesia, menurut pengamat pemasaran dari Inventure, Yuswohady, BATA terdampak tiga disrupsi sekaligus: digital, milenial, dan pandemi COVID-19. Pandemi membuat toko fisik sepi, menyebabkan penurunan permintaan dan omset.
“Jadi saya melihatnya ada penyebab yang sifatnya short term, medium term, dan ada yang long term. Nah kalau short term saya kira penyebabnya adalah dampak langsung dari pandemi,” kata Yuswohady, Rabu 8 Mei 2024.
Yuswohady juga menyoroti keterlambatan BATA dalam mengadopsi teknologi digital, sementara merek lokal lainnya berhasil memanfaatkan platform digital untuk menarik konsumen. Selain itu, penuaan merek BATA sejak 1990-an membuatnya kalah bersaing dengan merek global lainnya.
Generasi milenial dan Gen Z menjadi konsumen dominan saat ini, dengan daya beli tinggi. BATA gagal menyesuaikan diri dengan preferensi mereka, yang berdampak pada penurunan penjualan.
Yuswohady menyimpulkan bahwa BATA mengalami kerugian dalam empat tahun terakhir akibat ketidaktepatan dalam menanggapi perubahan pasar dan konsumen.***
Editor: Atika Dian T
Sumber: CNBC Indonesia
Tidak ada komentar