KPAI Minta Pengawasan Ketat Makanan Anak yang Beredar di Masyarakat

Rahmawati Dewi
26 Jul 2024 07:14
News 0
2 menit membaca

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mendorong pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat, terutama produk-produk yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak. Jasra menyampaikan kekhawatiran ini menanggapi data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyatakan satu dari lima anak mengalami gangguan ginjal.

Menurut Jasra, banyaknya anak-anak yang mengonsumsi makanan dengan kandungan gula, garam, dan lemak berlebih menjadi salah satu penyebab utama gangguan ginjal pada anak. Produk-produk ini sering dipasarkan dengan kemasan menarik yang menggoda anak-anak untuk mencobanya.

“Harga yang sangat murah dan industri kemasan yang kekinian, ternyata meninggalkan persoalan untuk anak-anak kita yang belum memahami komposisi gizi seimbang,” ujar Jasra Putra, melansir dari ANTARA, Jumat 26 Juli 2024.

Jasra juga menekankan pentingnya sosialisasi mengenai gejala gangguan ginjal pada anak serta cara pencegahannya. Ia mengingatkan bahwa konsumsi air putih yang cukup dan mengurangi zat berpemanis buatan, garam, serta lemak, sangat penting untuk kesehatan anak.

“Penting segera ada sosialisasi gejala sebelum terganggu ginjalnya dan cuci darah, kemudian konsumsi air putih yang perlu diperhatikan, mengurangi konsumsi zat berpemanis buatan, garam dan lemak,” katanya.

Selain itu, Jasra juga menyoroti perlunya edukasi kepada masyarakat agar anak-anak membatasi konsumsi gula berlebihan, termasuk makanan dengan rasa pedas, asam, manis, atau asin yang berlebihan.

“Konsumsi gula yang bila berlebihan akan mempengaruhi suasana hati mereka, yang berujung mudah cemas dan reaktif. Sehingga ujungnya bersikap agresif. Yang menyebabkan anak tidak memiliki kecerdasan emosi, reaktif, berujung rentan, dan mudah mendapat perlakuan salah,” tambahnya.

Selain menyebabkan gangguan ginjal, konsumsi makanan berlebihan juga dapat menyebabkan obesitas dan gizi yang tidak berimbang, yang tentunya berdampak buruk pada kesehatan anak-anak secara keseluruhan.***

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *