Senin, 04 Nov 2024

Awal Ramadan, Harga Beras di Lampung Timur Mulai Turun, Petani dan Pedagang Berebut Harga

Hadi Jakariya
12 Mar 2024 12:00
News 0
2 menit membaca

FREENTALK-Memasuki awal Ramadan, angin segar menerpa konsumen beras di Lampung Timur, dengan harga yang tiba-tiba merosot dari Rp 14.000 per kilo menjadi Rp 12.700 per kilo. Marsidi, seorang pengusaha giling dari Desa Braja Asri, Way Jepara, Lampung Timur, mengungkapkan perkembangan ini pada Senin, 11 Maret 2024 lalau.

Menurut Marsidi, penurunan ini telah berlangsung selama tiga hari terakhir, sejak Sabtu (9/3/2024), dan dipicu oleh penurunan harga padi dari Rp 8.000 menjadi Rp 7.000 per kilo.

“Tiga hari ini harga beras mulai turun, kalau kami antar kerumah konsumen, kami beri harga 12.700 per kg, kalau ambil sendiri ke pabrik, kami kasih harga 12.600 per kg,” ungkapnya.

Marsidi berkeyakinan bahwa harga beras akan terus merosot menjelang pertengahan Ramadan, seiring dengan banyaknya panen padi di wilayah Lampung Timur. Jika harga padi turun menjadi Rp 5.000 per kilo, dia berkomitmen untuk menjual beras dengan harga normalnya, yaitu Rp 10.000 per kilo.

Setiap harinya, Marsidi mengirim minimal 2,7 ton beras ke pasar lokal di sekitar Lampung Timur, untuk memenuhi permintaan pelanggannya. “Kami menggiling gabah dua kali seminggu untuk memastikan stok kami mencukupi,” tambahnya.

Namun, di pasar Way Jepara, seorang pedagang beras bernama Menik masih bertahan dengan harga Rp 15.500 per kilo. Menurutnya, beras yang dijual masih beras stok lama yang dibeli ketika harga masih tinggi.

“Saya jual 15.500 per kg, karena beras yang ada di toko kami merupakan beras harga masih 14.000 dari pabrik, kecuali stok lama habis dan kami belanja dengan harga murah kami akan jual murah juga,” paparnya.

Sementara itu, pandangan petani berbeda. Sebagian dari mereka berharap agar harga gabah tetap tinggi, setidaknya di atas Rp 6.000 per kilo. Bagi mereka, harga di bawah angka tersebut bisa membuat mereka beroperasi dengan rugi.

“Kemungkinan 15 hari lagi padi saya sudah bisa dipanen, kalau harga gabah anjlok dibawa 6.000 per kilo bisa rugi kami, tidak sesuai dengan biaya pemeliharaan masa tanam,” ungkap Sunyoto, seorang petani dari Kecamatan Way Jepara.***

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *