Sebagai seorang istri sekaligus ibu satu anak, hidup tidak selalu mudah, tetapi saya selalu mencoba yang terbaik untuk menjalani peran saya dengan penuh cinta dan dedikasi.
Atika Dian Trihatno
Namun, tidak semua orang selalu memahami perjuangan saya, terutama kakak perempuan ibu mertua saya yang seringkali menganggap remeh saya.
Ia, yang akrab saya panggil “Bude,” telah lama menjadi sorotan dalam keluarga kami.
Seiring berjalannya waktu, Bude selalu merasa perlu untuk memberikan komentar pedas tentang hidup saya. Dari segi finansial, pendidikan, hingga pekerjaan, tidak ada aspek kehidupan saya yang luput dari pandangan kritisnya.
Meskipun Bude selalu menyuarakan keraguannya terhadap kemampuan saya untuk menjalani peran sebagai istri atau ibu, saya tidak pernah membiarkannya merusak semangatku.
Sebaliknya, kritik-kritik pedasnya menjadi cambuk motivasi bagi saya untuk terus berkembang dan membuktikan bahwa saya mampu menghadapi segala tantangan.
Salah satu hal terberat yang saya hadapi adalah sebagai seorang ibu tunggal. Suami saya bekerja di luar negeri, jadi saya harus mengurus anak kami sendiri.
Bude pernah bertanya dengan nada sinis, “Apa kamu yakin kamu bisa mengasuh anak tanpa bantuan suami?” Namun, saya menjawab dengan keyakinan, “Saya belajar menjadi ibu yang kuat dan mandiri, dan cinta saya untuk anak dan suami tidak pernah pudar.”
Kritik pedas Bude tidak hanya tentang peran ibu, tetapi juga terhadap pekerjaan saya.
Saya bekerja paruh waktu sebagai penulis lepas, mencoba menyumbang penghasilan untuk keluarga kami. Bude menganggap pekerjaan ini sebagai pekerjaan sepele dan tidak sebanding dengan karir suami saya.
Namun, saya tahu bahwa setiap pekerjaan memiliki nilai dan arti, dan saya berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan saya.
Satu hal lagi yang selalu jadi bahan olok-olok Bude, yaitu kondisi finansial kami. Memang, hidup dalam keterbatasan anggaran bukanlah perkara mudah. Namun, kami berusaha untuk hidup sederhana dan bijak dalam mengelola keuangan. Saya percaya bahwa kebahagiaan keluarga tidak selalu diukur dari jumlah uang yang dimiliki.
Meskipun perjuangan melawan kritik pedas Bude kadang-kadang membuat saya frustasi, saya juga menyadari bahwa ini adalah pelajaran berharga. Ini adalah proses di mana saya tumbuh sebagai individu yang kuat, istri yang mendukung, dan ibu yang penuh kasih.
Saya berharap bahwa suatu hari Bude akan melihat perubahan positif dalam hidup saya dan memberikan pengakuan atas upaya keras yang saya lakukan. Sementara itu, saya akan terus berjuang dan menjalani hidup dengan penuh semangat, tidak peduli seberapa banyak kritik yang terus datang.
Kisah saya sebagai seorang istri dan ibu satu anak yang berjuang melawan kritik pedas dari Bude adalah bukti bahwa cinta, ketekunan, dan semangat dapat mengatasi segala rintangan.
Saya akan terus menjalani peran saya dengan penuh cinta dan keyakinan, dan berharap bahwa suatu hari Bude akan mengerti dan menghargai perjuangan saya.***
Editor: Hadi Jakariya
Tidak ada komentar