Opini Hadi Jakariya – Mau nggak mau, kita mesti akui kalau tanah kita ini memang tanah yang subur, dari Sabang sampai Merauke. Nggak heran, Indonesia sering disebut Ibu Pertiwi, bukan cuma karena besar dan indah, tapi karena tanah ini adalah rahim kehidupan buat kita semua. Nah, yang paling cocok sama karakter si Ibu Pertiwi ini ya petani.
Petani adalah penjaga kehidupan. Tanpa mereka, kita cuma mimpi punya nasi, sayuran segar, atau buah-buahan di meja makan. Tapi, yang bikin miris, meski petani ini jelas-jelas jadi pilar penting, hidup mereka malah seringnya nggak makmur-makmur.
Pemerintah, sebenarnya sih, punya tanggung jawab besar buat memastikan kehidupan petani ini layak. Kenapa? Karena mereka bukan sekrdar pekerja biasa. Mereka adalah tulang punggung ketahanan pangan kita.
Bayangkan kalau mereka sudah malas ngurus sawah dan ladang gara-gara hidupnya nggak layak. Bukan nggak mungkin kita bakal tergantung impor bahan pangan dari luar negeri, yang harga dan kualitasnya juga nggak bisa kita kendalikan.
Petani Bukan Cuma Penggarap, Mereka adalah Penjaga Bumi
Banyak orang kadang lupa kalau profesi petani itu nggak cuma soal ngasih makan ke masyarakat aja. Mereka juga bagian dari pelindung ekosistem. Dengan menjaga sawah, ladang, dan kebun mereka, para petani ini jadi bagian dari perawatan alam.
Mereka tahu gimana cara berhadapan sama alam, gimana memperlakukan tanah tanpa merusaknya, gimana menanam tanpa menghabisi kesuburan tanah.
Tapi sayangnya, sampai sekarang, petani kita masih sering “digoreng” masalah ekonomi yang nggak stabil. Kadang harrga pupuk melambung tinggi, harga jual hasil tani malah jeblok.
Ya bayangin aja, udah cape-cape nanem, panen dengan penuh harap, eh harga beras malah turun, sementara biaya produksi jalan terus. Miris banget, kan?
Ketidakadilan Harga: Saat Petani Kena Zonk
Masalah utama yang sering bikin petani susah bangkit adalah ketidakadilan harga. Bayangin aja, mereka ngurus sawah dari nol, mulai dari beli bibit, nyari pupuk yang kadang mahalnya selangit, nunggu berbulan-bulan, terus pas panen, eh, harga jual malah jatuh.
Padahal, harga bahan pangan di pasar kadang juga nggak murah. Lalu siapa yang dapat untung? Biasanya sih, tengkulak atau pihak-pihak tertentu yang lebih bisa main harga.
Ini sebenarnya PR banget buat pemerintah. Mereka harus bisa nyediain jaminan harga minimum buat hasil tani, supaya kalau pun pasar lagi nggak stabil, petani tetap dapat harga yang layak.
Misalnya, kayak di beberapa negara maju, seperti Jepang, pemerintahnya siap beli hasil panen petani, ada juga dari pihak swasta, namun mereka beli dengan harga yang tidak bisa dibawah harga pemerintah.
Dengan begitu, petani punya rasa aman. Mereka tahu kalau hasil kerja keras mereka nggak bakal sia-sia atau malah bikin rugi.
Pupuk dan Infrastruktur: Kunci Sukses yang Masih Angan-angan
Nah, selain harga, masalah lain yang nggak kalah beratnya adalah ketersediaan pupuk dan infrastruktur. Pupuk adalah “makanan” buat tanah dan tanaman.
Tapi, setiap tahun kita selalu dengar cerita kelangkaan pupuk. Akhirnya, kalau pun ada, harga pupuk melambung tinggi, yang bikin petani lagi-lagi harus nombok.
Kemudian soal infrastruktur. Banyak daerah pertanian yang akses jalannya rusak. Bayangin kalau lagi musim panen, petani harus bawa hasil panennya lewat jalan berlumpur, penuh lubang, atau malah banjir.
Berapa banyak waktu dan tenaga yang terbuang percuma gara-gara infrastruktur yang nggak memadai? Pemerintah harusnya serius memperbaiki akses ini.
Kalau jalan mulus, akses mudah, hasil panen juga bisa cepat sampai pasar. Ujung-ujungnya, harga jadi lebih stabil dan keuntungan buat petani lebih besar.
Subsidi Teknologi Jangan Sekedar Wacana
Sekarang kita hidup di era modern, teknologi udah berkembang pesat. Tapi petani kita masih banyak yang bertani dengan cara tradisional.
Bukan berarti cara tradisional itu buruk, tapi dengan bantuan teknologi, produktivitas mereka bisa saja jauh meningkat.
Masalahnya, teknologi ini sering kali harganya mahal dan cuma bisa dijangkau sama petani yang punya modal besar.
Di sinilah peran pemerintah buat ngasih subsidi atau setidaknya bantu akses teknologi ini ke petani. Misalnya, dengan ngasih pelatihan atau menyediakan alat-alat pertanian modern dengan harga terjangkau.
Bukan cuma bikin kerja mereka lebih efektif, tapi juga bikin hasil panen lebih maksimal. Contoh kecil, seperti traktor, alat penanam otomatis, atau teknologi irigasi yang lebih efisien, bisa jadi solusi buat meningkatkan produktivitas mereka.
Keamanan Sosial buat Petani: Rasa Aman di Hari Tua
Kadang, kita juga lupa bahwa petani ini punya usia produktif yang terbatas. Banyak dari mereka yang udah lanjut usia, tapi tetap harus kerja keras karena nggak punya jaminan sosial.
Seharusnya petani yang udah pensiun bisa dapat tunjangan atau minimal jaminan hidup layak dari pemerintah. Hal kayak gini seharusnya bisa diterapkan juga.
Pemerintah perlu banget memperhatikan nasib para petani yang udah tua atau nggak lagi produktif. Mereka ini udah ngasih kontribusi besar buat negara.
Masa iya pas tua mereka harus hidup susah? Ada baiknya kalau kita punya program pensiun atau minimal asuransi kesehatan khusus buat petani, biar mereka punya rasa aman dalam menjalani hari tua.
Menjaga Regenerasi Petani- Anak Muda Perlu Didorong Terjun ke Pertanian
Kalau kita perhatikan, banyak anak muda sekarang yang malas jadi petani. Karena apa? Karena profesi ini dianggap nggak bisa ngasih masa depan yang cerah.
Gimana nggak, lihat sendiri kondisi kehidupan petani yang serba sulit, nggak ada jaminan harga, akses pupuk susah, fasilitas minim, belum lagi kalau gagal panen. Akhirnya, anak-anak petani lebih milih kerja di kota atau ambil profesi lain.
Padahal, kalau kita mau petani tetap ada, regenerasi ini sangat penting. Pemerintah bisa mulai dengan ngasih beasiswa atau bantuan pendidikan khusus buat anak-anak petani, atau membuat program yang bikin pertanian jadi lebih menarik buat generasi muda.
Kalau nggak, kita bakal kehabisan petani di masa depan. Siapa yang bakal ngurus sawah-sawah kita? Siapa yang bakal kasih makan kita?
Pendidikan dan Pendampingan, Biar Petani Semakin Terlatih
Selain bantuan finansial, pendidikan dan pendampingan buat petani itu juga penting banget. Banyak petani yang mungkin nggak tahu soal metode tanam yang lebih efisien, gimana cara nge-manage keuangan, atau bahkan hak-hak mereka.
Pemerintah bisa bikin program pelatihan dan pendampingan yang rutin buat para petani ini. Jadi, bukan cuma modal kerja keras, tapi mereka juga bisa bekerja lebih cerdas.
Harapan untuk Masa Depan-Pertanian yang Berkelanjutan dan Petani yang Makmur
Kita butuh aksi nyata, kebijakan yang benar-benar berpihak ke petani. Dari harga yang adil, akses pupuk yang mudah, infrastruktur yang memadai, hingga jaminan sosial dan pendidikan buat regenerasi petani.
Kalau pemerintah serius memperhatikan petani, itu sama aja mereka lagi menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan kita semua.
Ingat, petani bukan cuma soal profesi, mereka adalah penjaga Ibu Pertiwi. Tanpa mereka, kita cuma bisa jadi konsumen yang bergantung pada negara lain.
Bayangkan, negara se-subur Indonesia harus impor beras atau sayur-sayuran dari luar. Rasanya nggak masuk akal, kan?
Di penghujung harapan ini, semoga pemerintah bisa benar-benar memperlakukan petani kita dengan layak. Karena memakmurkan petani, artinya memakmurkan kita semua.
Kalau bukan mereka yang berdiri di atas tanah-tanah ini, siapa lagi yang bakal menyalakan hidup di dalam tubuh Ibu Pertiwi.***
Editor: Hadi Jakariya