- JAWA TIMUR
Kiai dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, menegaskan bahwa memakan ayam tiren adalah haram dalam Islam.
“Memakan hewan darat yang sudah mati sebelum disembelih hukumnya haram. Hal ini dilarang dalam agama,” jelas Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur itu, dikutip dari NU Online, Sabtu 10 Mei 2024.
KH Ma’ruf yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Suramadu, Bangkalan, itu juga menjelaskan bahwa ayam tiren termasuk dalam kategori bangkai, yakni hewan yang mati bukan karena disembelih sesuai aturan syariat.
Menurutnya, larangan ini telah tertuang dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 173. Ia bahkan menyebut bahwa bangkai lebih berat larangannya dibanding daging babi.
“Secara hukum fikih tidak boleh dimakan, dan ini larangannya ada di Al-Qur’an. Misalnya di Surat Al-Baqarah 173. Itu yang pertama kali dilarang sebelum babi adalah bangkai, termasuk ayam yang mati sebelum disembelih,” jelasnya.
KH Ma’ruf, memaparkan bahwa MUI Jawa Timur bersama Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI) telah melakukan kajian terkait standar konsumsi daging hewan. Dari hasil kajian itu, ayam tiren dinilai berisiko tinggi bagi kesehatan.
“Hewan tiren dinilai lebih banyak bahayanya daripada gizinya. Karena ayam dan binatang darat yang lain punya darah. Darah itu harus disembelih dan dialirkan, agar dagingnya segar,” terangnya.
Ia melanjutkan, darah yang tertinggal di dalam tubuh hewan yang tidak disembelih secara syar’i berpotensi mengandung bakteri berbahaya.
“Kalau darahnya ini dikonsumsi, dimakan, kita tahu darah mengandung kuman, bakteri, dan itu dalam jangka waktu lama tidak baik dalam tubuh,” jelasnya.
Dari sisi medis pun, kata dia, pandangan syariat Islam ini diperkuat oleh kajian ilmiah. Daging yang layak dikonsumsi adalah daging yang darahnya telah dikeluarkan sempurna.
“Bahkan MUI dengan LPPOM melakukan kajian bersama tentang hewan yang menyehatkan, yaitu darahnya harus hilang, baru daging itu segar dan penuh vitamin. Kalau mungkin mengonsumsi tiren mengaku ada vitamin, protein, dan seterusnya, itu sekali lagi tidak bertahan lama. Artinya, tetap berisiko bahayanya lebih tinggi,” tandasnya.
Ditulis oleh: Feri Irawan
Disunting oleh: Hadi Jakariya