Tidak semua orang menyadari bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja secara mental. Dalam ceramahnya di kanal YouTube Mengaji Hening, Dr. Fakhruddin Faiz menekankan pentingnya mengenali sinyal-sinyal tersebut sejak awal, sebelum kondisi memburuk dan berimbas pada kehidupan spiritual maupun sosial.
Gejala awal yang patut diwaspadai antara lain perubahan suasana hati secara drastis, kehilangan semangat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, gangguan pola tidur, hingga munculnya keluhan fisik tanpa sebab medis.
Dr. Faiz menyebut gejala itu sebagai psikosomatis, yaitu ketika tubuh bereaksi terhadap tekanan batin.
“Mood-nya berubah secara drastis. Tiba-tiba sedih dalam sekali tanpa alasan atau seperti orang ekstase ceria luar biasa. Padahal yo gak ada apa-apa,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi seperti ini kerap tidak disadari dan dianggap hal biasa. Padahal, perubahan pola pikir yang membuat seseorang merasa tidak berharga, atau bahkan merasa menjadi beban bagi orang lain, bisa menjadi pertanda serius bahwa jiwa sedang tidak sehat.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa hilangnya orientasi hidup juga berakar dari keterputusan seseorang dengan sisi spiritualnya.
Dalam pandangan Islam, manusia secara fitrah memiliki dorongan bertuhan. Ketika dorongan ini dikesampingkan, jiwa bisa mengalami kehampaan dan kehilangan arah.
“Kalau kita tidak bertuhan, itu ada yang hilang, ada yang hampa,” kata Dr. Faiz dalam ceramahnya.
Sebagai solusi, ia merujuk pada pendekatan Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin untuk menata ulang kondisi kejiwaan.
Di antaranya adalah tobat dan penyucian diri untuk memperbaiki akhlak, sikap zuhud untuk mengatasi hampa makna, dan riyadhah untuk menguatkan daya tahan spiritual.
Selain itu, ia menyampaikan enam pendekatan psikologis yang juga bisa diterapkan untuk mengurangi tekanan batin. Mulai dari memisahkan pikiran negatif (isolation), menggantungkan diri pada nilai-nilai yang lebih tinggi (anchoring), mengalihkan perhatian (distraction), hingga memberi makna pada pengalaman hidup (meaning making).
“Kalau masih saja sulit, puncaknya adalah yuk kembali pada Allah. Leap of faith, kembali pada agama,” tuturnya.
Ditulis oleh: Hadi Jakariya
Disunting oleh: Hadi Jakariya